Nadiem menilai, publikasi media ‘The Economist’ lah yang menurutnya lebih enak untuk dibaca.
“Itu setiap orang dijelaskan, bahkan orang terkenal pun dijelaskan siapa dia. Seolah-olah pembaca tidak mengetahui hal itu. Itu adalah standar jurnalisme yang perlu diterapkan, jadi literasi masyarakat pun naik tingkat,” katanya.
“Sekarang misinformasi, disinformasi jadi sangat rentan di masyarakat, karena tidak ada standar penulisan yang komprehensif dan integritas yang kuat,” tambahnya.
Ketua PWI Pusat, Hendri C Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sudah digagas tahun 2016 lalu.
Menurutnya, SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai perkembangan zaman. Apalagi, SJI adalah ikon PWI yang sudah berjalan sejak lama.
“Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden SBY. Untuk kali ini, multitasking jurnalisme menjadi andalan. Termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” ungkap Hendri. ***

