Dikatakan, bahwa dia baru menyampaikan sebaiknya data desa dan Dinas Sosial ini disingkronkan agar terintegrasi.
“Tiba-tiba, tanpa interuksi, tanpa bertanya, dia berdiri teriak-teriak bahkan menuding-nuding. Lah itu namanya pejabat yang tidak punya etika. Saya tidak tau itu siapa, dan dari kepala desa mana,” ucapnya.
“Kalau mau jadi pejabat sebaiknya belajar beretika dulu baru bersosialisasi kepada masyarakat. Sama kita saja (anggota DPRD) yang setara dengan bupati begitu, bagai mana dengan masyarakatnya, kesimpulannya, dia bisa lebih arogan dari pada yang dilakukan diforum,” imbuhnya.
Mendapat perlakuan seperti itu pihaknya lebih memilih menyudahi apa yang sedang disampaikan. Ia melakukan hal tersebut karena menghormati yang menggelar acara.
Selain itu, ia juga menghargai para tamu undanan lain yang dinilai sebagai pejabat ditingkat masing-masing
“Saya menghormati pak camat dan pejabat yang lain karena mereka selaku pegawai, selaku pejabat,” ungkapnya.
Ia menyampaikan bahwa masalah tersebut telah diserahkan kepada camat setempat untuk menertibkan bawahannya (kades bersangkutan) dan memberi pembinaan khususnya terkait etika.
“Kami mengharapkan agar pimpinan dari camat sampai bupati bisa melakukan pemebinaan dan menertibkan kades yang arogan agar tidak menjadi virus untuk kades yang lainnya,” pungkasnya.**